Tuesday, November 1, 2011

Kota tua BATH: Menjaring Wisatawan melalui pelestarian sejarah


"Oh, who can ever be tired of Bath?"
(Jane Austen, 'Northanger Abbey')

'They arrived in Bath.Catherine was all eager delight; - her eyes were here, there, everywhere, as they approached its fine and striking environs, and afterwards drove through those streets which conducted them to the hotel. She was come to be happy, and she felt happy already'.
 (Jane Austen, 'Northanger Abbey')

 
Jane Austen Centre di 40 Gay Street, Bath.

 Dua kutipan diatas merupakan penggalan dari isi novel "Northanger Abbey", karya Jane Austen, novelis terkenal di abad ke-18. Ia menulis dua dari enam novelnya, Northanger Abbey dan Persuasion, dengan mengambil plot di Bath dan bermukim disana selama kurun waktu 1801-1806. Novel lainnya yang juga populer adalah 'Pride and Prejudice', 'Sense and Sensibility', 'Emma' dan 'Mansfield Park'.

Ketika berkesempatan mengunjungi kota Bath di penghujung bulan Oktober 2010, saya cukup surprise melihat banyaknya jumlah turis yang datang, padahal hari itu bukan weekend atau hari liburan, sementara menurut literatur, penduduk kota Bath hanyalah sekitar 84 ribu jiwa. Belakangan saya dengar bahwa kota ini dikunjungi oleh lebih dari 3 juta pengunjung setiap harinya. Konon daya tarik utama Bath adalah sejarah kota tuanya yang dikaitkan dengan mata air panas dan beberapa embel-embel lain seperti kisah di novel Jane Austen diatas, misalnya.

SEJARAH KOTA BATH
Kota ini awalnya merupakan sebuah resor spa yang memiliki mata air panas dengan nama Latin, Aquae Sulis (air Sulis) yang didirikan oleh Roma di tahun 43 Masehi. Nama Bath Spa pun dikenal karena adanya mata air panas itu. Saat itu orang-orang Roma datang ingin menaklukkan Inggris. Sampai ke daerah ini, mereka mengetahui ada tiga sumber air panas dari orang Inggris lokal ketika itu.

Tetapi, mereka lebih tertarik dengan tempat suci Celtic di mata air utama yang disebut King's Bath spring. Mereka menemukan sumber air panas itu sebagai spa atau sumber air mineral yang berguna untuk kesehatan. Air dan uapnya telah memberikan inspirasi yang banyak bagi bangsa Romawi dan Celts. Bagi orang Roma waktu itu, hal ini merupakan penemuan ajaib di Inggris.
Sumber air panas itu mengandung mineral yang menakjubkan. Ada 43 jenis mineral yang berbeda terkandung di dalamnya sementara temperaturnya konstan 50 derajat Celcius. Air itu mereka yakini berkhasiat membunuh semua kuman penyakit di dalam dan di luar tubuh, khususnya penyakit rematik.

Akhirnya sekitar tahun 70-an Masehi, mereka malah tinggal dan mulai membangun tempat mandi air panas dan kuil di perbukitan sekitar Bath di lembah sungai Avon. Kota ini semua dibangun dengan batu kapur yang diperoleh dari lembah.
Bangsa Romawi ini sempat menempati Bath Spa selama 350 tahun. Kemudian mereka pergi. Dan, generasi selanjutnya yang menempati tanah itu adalah orang-orang Jerman dari The Saxon. Mereka membangun kota lagi.

Pada tahun 1700 Raja Inggris datang ke Bath Spa untuk mengambil air, karena ia mengawini wanita asing dari daerah Continent (benua Eropa selain Inggeris) yang juga mempunyai spa.
Raja dan Ratu Inggris datang ke Bath dan ingin memiliki segalanya. Bath yang semula merupakan  kota yang miskin dan kecil, tiba-tiba telah menjadi kota yang penuh dengan bangunan berarsitektur indah, karena yang datang kesini adalah mereka yang sangat kaya.
Tidak hanya orang kaya Inggris saja, tetapi orang kaya Perancis dan Jerman banyak yang datang. Di tahun 1700, mereka yang datang ke sini biasanya untuk berlibur selama tiga bulan. Mereka gemar menikmati arsitektur gaya Paladian yang berasal dari Romawi Kuno. Sebut saja Paladian City, Inggeris akhirnya memang menjiplak gaya arsitektur Paladian di Bath. Biasanya orang-orang kaya berjalan-jalan di kota dalam suatu parade.

Pergantian generasi demi generasi menyebabkan kota yang pertama kali dibangun orang Roma itu hilang jejaknya sekitar 1000 tahun. Ketika itu orang Inggris hanya berpikir bahwa mereka hanya punya sumber air panas.

 
Pintu masuk "The Pump Room"

Barulah ketika tahun 1790, dibangun Pump Room, mulai tersibak adanya peninggalan Roma. Ketika membangun Pump Room ditemukan adanya tangga-tangga candi yang merupakan bagian dari Roman Baths. Candi itu sendiri ternyata berada di bawah Pump Room itu.

Tetapi, penemuan itu tidak diteruskan selama hampir 80 tahun. Hanya setiap 100 tahun kegiatan ekskavasi (penggalian) dilakukan orang-orang Inggris sedalam satu kaki. Baru 1960-an diadakan penggalian besar-besaran hingga ditemukan mata air keramat di dalam Roman Baths dan di bawah bangunan Pump Room itu. Semua pekerjaan selesai tahun 1983, ternyata Roman Baths itu terletak enam meter di bawah jalanan kota Bath Spa yang sekarang.
 
Gerbang masuk The Roman Bath, selalu melalui antrean panjang.

 



Roman Baths itu kurang lebih masih terlihat lengkap. Tinggi Roman Baths 60 kaki dari dasar tanah. Semula mempunyai atap terbentuk kubah terbuat dari kayu. Kemudian pada zamannya diganti dengan batu. Tetapi, sekarang atap itu tidak ada lagi. Sehingga kita bisa melihat langit dari dalam museum itu.

Sekarang sebagian bangunan modelnya terbuat dari kayu. Setidaknya mendekatkan pada bentuk aslinya. Misalnya, masih ada dinding batu yang tidak utuh. Maka untuk menggambarkan dinding yang utuh dibuatkan dinding kayu.

Kini kota tua Bath termasuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site. Bath merupakan sebuah kota modern yang sibuk dan sangat menarik sebagai tempat tinggal maupun bekerja, dipenuhi oleh pelajar dan turis.

Salah satu obyek menarik di kota tua Bath adalah "Sally Lunn cakes" di Sally Lunn's tearoom yang berada di bangunan tertua di kota Bath, di 4 North Parade Passage. Konon ini dulunya adalah nama pengungsi Perancis bernama Sally Lunn (yang nama aslinya diduga Solange Luyon), yang pindah ke bangunan ini di tahun 1680 dan menjadi terkenal dengan kue bikinannya. Tapi ternyata ada beberapa versi lain tentang sejarah Sally Lunn ini. Tetapi hal itu tidaklah penting bagi sebagian besar turis, karena target utama mereka adalah mencicipi Sally Lunn cakes yang legendaris tersebut.



Keanggunan kota tua Bath menempati urutan teratas dalam tujuan wisata di Inggris. Sumber air panas yang menjadi obyek turis itu terletak di kota kecil Bath Spa, satu-satunya daerah yang menyimpan sumber air panas di Inggris. Kini sumber air panas yang diperkirakan sebagai peninggalan kerajaan Roma 2000 tahun lalu, telah diabadikan dalam museum Roman Baths. Menarik untuk melihat kenyataan betapa kedatangan para turis ke Bath bukanlah bukanlah karena khasiat airnya, melainkan karena sejarah penemuannya.

 
di Royal Victoria Park. 
Taman ini dibuka oleh Princess Victoria ketika berusia 11 tahun di tahun 1830.


Bath adalah sebuah kisah yang mengagumkan tentang upaya pelestarian sejarah suatu bangsa, sesuatu yang tampaknya masih merupakan utopia di bumi nusantara kita tercinta ini. Obyek semacam ini yang tampaknya lebih cocok menjadi target pembelajaran dan tujuan studi banding bagi para pengelola negara kita. Semoga.

(bahan rujukan: http://www.tnol.co.id/id/travel-living, http://visitbath.co.uk dan buku "Did you Know? BATH a Miscellany")

Ciputat, 26 Maret 2011.

No comments:

Post a Comment