Tuesday, November 1, 2011

Memasang operating systems dulu dan sekarang, ibarat siang dengan malam

\

IBM S/370 yang populer di tahun 1970 an

Seorang kolega junior di kantor sedikit mengeluh ketika diharuskan memasang operating systems Windows di sejumlah laptop karena dirasakan begitu menyita waktu. Sehari, paling cuma 4 sampai 5 instalasi Windows yang bisa dituntaskan.
Saya hanya bisa tersenyum mendengar keluhan tersebut dan secara berseloroh berkata, "Anda masih lebih beruntung daripada para engineer yang terdahulu yang rela bergadang di glass house (istilah computer room di jaman baheula) berhari-hari untuk memasang operating systems mainframe kala itu."
Karena tatapan rekan saya itu terlihat bingung (mungkin ada rasa tidak percaya), saya mencoba menjelaskan lagi.
"Saya mungkin agak beruntung karena mulai berkecimpung dengan dunia komputer di tahun 1982. Ketika itu komputer pribadi (PC) belum ada, begitu pula midrange computer, jadi yang berjaya hanyalah komputer mainframe. Pada masa itu saya belajar memasang OS (operating systems) yang datang dalam media tape (pita) yang jumlahnya sekitar belasan dan bahkan dua puluhan (tergantung dari jumlah program komputer tambahannya). Ketika itu proses instalasi OS dari sejak me-restore isi tape hingga selesai, hanya memakan waktu sekitar 2-3 hari saja. Proses merestore tape yang belasan atau lebih itu saja bisa seharian penuh, tapi itu kalau prosesnya berjalan mulus. Maksud saya, kalau ditengah jalan, misalnya tape ke-5 gagal (bisa karena data tidak terbaca, istilahnya 'data check'), proses instalasi harus diulang dari tape pertama. Disitu ketabahan seorang computer engineer betul-betul diuji. Selesai proses restore, jangan berbangga dulu. Masih ada sejumlah step selanjutnya yang harus dikerjakan dan itu juga memakan waktu berjam-jam karena program yang dikirim oleh pabrik masih mentah, masih harus di assemble, di link-edit dan di-compile. Inilah proses panjang yang saat ini tidak kita alami ketika meng-install Windows di komputer pribadinya.
Kalau saya saat itu sudah bangga dan puas telah berhasil menyelesaikan pekerjaan instalasi dalam 2-3 hari, sebetulnya masih kalah heroik dibandingkan kolega senior kami yang memasang komputer mainframe di tahun 60-70 an.

Konon menurut cerita mereka, pemasangan OS saja bisa mencapai satu minggu, bahkan lebih, tergantung apakah prosesnya mulus atau tidak. Masyaalah. Berarti orang-orang jaman dulu daya tahan dan daya juangnya sungguh mengagumkan dibandingkan dengan mereka yang mengeluhkan instalasi Windows OS yang hanya sekitar 2 jam."
Yang tidak kalah ribetnya atau bahkan malah lebih rumit, sebetulnya adalah instalasi hardware mainframe itu sendiri. Saya yang cukup sering mendampingi rekan-rekan hardware engineer menginstall mainframe cuma bisa geleng-geleng kepala melihat begitu banyaknya tumpukan box komponen yang harus dipasang dan dirakit. Seorang hardware engineer bukan hanya dituntut punya talenta, tapi juga harus kuat kondisi fisiknya. Bagaimana tidak, kabel interface (biasa disebut parallel channel cable karena selalu sepasang) antara CPU, controller dan box lainnya ukurannya segede paha manusia. Untuk menarik dan memasang kabel panjang sebesar paha tentu saja membutuhkan tenaga ekstra.

Kalau kita mundur lagi ke belakang, ternyata ada proses awal yang tidak bisa dilupakan, yang sesungguhnya bisa menjadi penentu sukses atau gagalnya pemasangan mainframe complex tersebut. Proses itu adalah planning (perencanaan). Dalam perencanaan inilah mulai dilakukan penyusunan konfigurasi yang diminta (jenis CPU, memory size, storage size dsb), penggambaran layout data center (karena box komponen komputer bisa seukuran lemari atau lebih), perhitungan daya listrik yang dibutuhkan (mainframe saat itu butuh listrik 3-fase). Sang perencana (planner) nantinya juga bertanggung jawab untuk mengecek kondisi lapangan. Ia perlu melihat ruangan data center sebelum pemasangan komputer, apakah ruangannya memadai, apakah pintu masuk (dan lift, jika lokasi data center tidak di lantai dasar) bisa menampung box-box yang akan melaluinya. Sekali waktu pernah terjadi keteledoran dalam perencanaan sehingga ketika pesanan komputer datang, box nya tidak bisa masuk ke ruang data center di lantai atas. Akhirnya terpaksa diakali. Komputer diangkat dengan fork lift dan masuk melalui  jendela gedung yang dijebol. Cukup fatal bukan?

Maka tidaklah heran jika setelah berlangsungnya proses instalasi komputer mainframe yang begitu memakan waktu dan melelahkan, perlu dirayakan oleh anggota tim yang terlibat. Tanpa kerjasama yang baik dari planner, systems engineer, hardware engineer, staf administrasi (yang memproses dan memantau ordering), staf distribusi dll, keberhasilan instalasi mainframe akan sulit diwujudkan.
Teriring rasa salut dan apresiasi saya bagi para senior di IBM tahun 60-70 an.

 
Foto kenangan Customer Support Center IBM Indonesia di tahun 1983. 

Tampak dibagian belakang tape drive generasi awal tahun 80 an, tipe IBM 3420 yang bisa menampung tape reel sepanjang 2400 ft dengan kecepatan baca/tulis 6250 bpi (bit per inch). Sementara paling kanan (tampak sepotong), adalah disk drive IBM 3340 yang satu boxnya memiliki kapasitas penyimpanan 70 Mbyte.
 
Ciputat, 31 Maret 2011.

No comments:

Post a Comment