Saturday, December 24, 2011

Lembah Harau, Potensi Wisata Yang Nyaris Terlupakan

Lembah Harau tahun 1910 (koleksi KITLV Leiden, Belanda)

Subhanallah, alangkah indahnya!
Itulah decak kagum dari beberapa teman yang baru pertama kalinya menginjakkan kakinya di Lembah Harau yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 15 kilometer dari Payakumbuh atau 47 km timur laut Bukittinggi, Sumatra Barat.
Betapa tidak? Di hadapan kami terpampang lukisan alam yang nyata-nyata menunjukkan kebesaran Sang Pencipta.

Pemandangan ini membuat saya teringat akan kisah-kisah silat Kho Ping Hoo yang acap kali mengungkapkan keindahan alam pegunungan dengan kalimat-kalimat yang mempesona. Coba simak bagaimana Kho Ping Hoo merangkai kalimat kekagumannya terhadap keindahan alam dalam salah satu cerita silatnya,
kata-kata tidak ada artinya lagi untuk menggambarkan keindahan. Kata-kata adalah kosong, penggambaran yang mati, sedangkan kenyataan  adalah hidup, seperti hidupnya setiap helai daun di antara jutaan daun yang bergerak lembut dihembus angin pagi.
Daun-daun pohon yang lebat seperti baru bangkit dari tidur, nyenyak dibuai kegelapan malam tadi, nampak segar bermandikan embun yang membentuk mutiara-mutiara indah di setiap ujung daun dan rumput hijau
Memang sukar untuk menggambarkan keindahan alam di Lembah Harau yang telah ditetapkan sebagai cagar alam dan suaka margasatwa ini.

 
Sepanjang perjalanan kita seolah-olah memasuki celah benteng yang terbentang tinggi. Soalnya Lembah Harau diapit dua bukit cadas yang terjal dengan ketinggian lebih dari 100-200 meter. Cagar Alam Harau dengan ketinggian sekitar 500 sampai 850 meter dari permukaan laut ini terdiri dari beberapa bukit, seperti Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Kita akan terpesona oleh keindahan pahatan alam berupa tebing-tebing granit yang terjal dan berbentuk unik yang menjulang tinggi mengelilingi lembah.
Di dasar tebing, hijaunya sawah yang membentang dan rimbunnya pepohonan membuat kita semakin larut dalam kekaguman akan ciptaan-Nya. Lembah Harau semakin memukau dengan adanya sejumlah air terjun (sarasah) yang cukup deras airnya, terutama di musin hujan.

Sarasah Aka Barayun
Air terjun yang sering didatangi pengunjung adalah Sarasah Aka Barayun yang (dulunya) memiliki tiga air terjun deras yang bermuara pada satu kolam alam besar. Lalu ada resort Sarasah Bunta yang lokasinya di bagian timur Aka Barayun. Menurut Wikipedia, Resort Sarasah Bunta terdiri dari 4 air terjun (Sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai dan sarasah Aie Angek). Dinamakan Sarasah Aie Luluih karena pada air terjun ini airnya mengalir melewati dinding batu jatuh ke kolam pemandian alami yang asri. Dinamakan Sarasah Bunta karena  sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang. Sedangkan Sarasah Murai karena seringnya didatangi burung murai untuk mandi sambil memadu kasih, dinamakan penduduk setempat dengan “Sarasah Murai“. Sarasah Aie Angek memang belum populer karena lokasinya agak jauh ke utara dari sarasah Murai. Menurut pengakuan penduduk setempat airnya agak panas.

Sebagai hal yang lazim kita jumpai di negeri ini, berbicara tentang lokasi atau kejadian seringkali tidak lepas dari legenda. Begitupun dengan Lembah Harau, ia mempunyai legenda sendiri. Menurut hikayat warga setempat, pada jaman dahulu di atas tebing yang menjulang tinggi terdapat sebuah kerajaan, sedangkan lembahnya masih merupakan lautan. Suatu ketika, putri kerajaan tersebut memilih untuk terjun ke laut karena tidak memperoleh ijin orang tuanya untuk menikah dengan lelaki yang disukainya. Sang raja lalu memerintahkan rakyatnya mencari jasad sang putri. Namun hingga laut dikeringkan, jenazah sang putri tetap tidak ditemukan. Kini lautan itu telah menjadi daratan dan dinamai Lembah Harau dengan segala keindahan alamnya.
Lembah Harau sesungguhnya sudah lama menjadi tempat wisata, walaupun fasilitas bagi wisatawan di lokasi tersebut terkesan sangat bersahaja.  Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah sering dikunjungi wisatawan sejak 1926.   

Lembah Harau yang sebetulnya merupakan salah satu potensi wisata daerah Sumbar belum digarap secara optimal, sehingga tidak heran jika teman SMP saya di Padang, Cau Ahda Yanuar berkomentar, “ambo alah 56 tahun baru sakali iko datang kamari”. Ironis bukan?

Ciputat, 24 Desember 2011.

No comments:

Post a Comment