Wednesday, November 2, 2011

"Belajar Dari Alam Yang Terkembang" ala Praktisi Komputer

Pertemuan kemaren dengan Badai, kolega lama saya, di coffee shop Carrefour Lebak Bulus membawa kesan tersendiri.
Melepas kangen setelah tahunan tak bersua jelas bermanfaat dilihat dari sisi keharusan bersilaturahim.
Namun ketika akan beranjak pulang, Badai yang mengaku tidak bisa melupakan jasa perusahaan IT tempat kami pernah bersama, mengungkapkan satu hal yang membuat saya agak terperangah.
Berikut ini penggalan obrolan kami di lapangan parkir Carrefour semalam. 

"Uda, saya kini menyadari bahwa sesungguhnya kita ini hidup dibawah operating system milik Allah. Ini kalau kita analogikan seperti operating system VMWare (ini nama sebuah produk software, pen.) yang membawahi operating system lain. Operating System (OS) yang jalan dibawah VMWare itu ibarat ajaran agama, kepercayaan dan keyakinan manusia. Agama/kepercayaan/keyakinan (yang dianalogikan sebagai OS) membuat aturan main masing-masing dan membuat SOP bagi pengikutnya. Kalau OS itu memang yang resmi, yang bisa bersinergi dan berinteraksi dengan OS yang menjadi payung, itulah pilihan yang benar. Tetapi kalau yang kita pilih adalah OS yang illegal, yang tidak kompatibel dengan OS payungnya, jelas akan bermasalah. Akibatnya kita terjebak didalam perangkap OS ilegal sehingga tidak bisa memperoleh akses ke OS induknya.

Bagaimana memilih OS yang benar, itulah kuncinya. Dewasa ini banyak sekali yang mengklaim bahwa OS miliknya yang paling kompatibel dengan OS induk. Bahwa OS nya adalah satu-satunya produk yang paling kompatibel dan jika  kalau menggunakan OS lain akan gagal. Padahal sesungguhnya tidaklah demikian. Inilah yang menjadi tantangan kita, agar jangan salah dalam memilih OS."

Badai agaknya sangat paham bahwa dulu saya sehari-hari bergulat dengan operating system mainframe VM (Virtual Machine) yang idenya kini dicontek oleh VMWare. Operating System VM dulu dibuat untuk tujuan efisiensi supaya pemilik mainframe bisa menjalankan beberapa Operating System dibawah satu CPU komputer.

Bagi mereka yang awam dengan komputer perlu dijelaskan bahwa hardware komputer harus difungsikan oleh software Operating System. Tetapi sesungguhnya diantara operating system dan hardware ada mediator, yaitu "machine language" dan "machine instruction" agar instruksi dari OS bisa dipahami oleh hardware. Prosesnya njelimet, tapi itulah intinya. 

Saya cukup surprise melihat Badai yang punya latar belakang marketing bisa memberikan analogi seperti diatas. Kalau boleh saya tambahkan disini, analogi VMWare sebagai OS nya Allah sebetulnya bisa juga diberikan kepada machine instruction (bahas mesin).

Saya punya pengalaman yang membuktikan bahwa kita (user) bisa mengakses hardware secara langsung (menggunakan machine instruction) walaupun OS nya sedang tidak diaktifkan.
Di awal tahun 1990-an komputer jenis mainframe masih berjaya. Saya yang dipercaya mengoperasikan mainframe complex suatu ketika mengalami problem dengan sistem tersebut dan OS belum bisa diaktifkan.

Padahal saat itu memerlukan "tape baru" untuk keperluan backup. Waktu itu belum ada CD atau DVD, sehingga untuk keperluan backup data harus melalui media tape yang dipasang pada tape drive. Tape yang baru harus di inisialisasi (istilahnya di "write tape mark"). Kalau pada diskette atau hard disk, harus di format terlebih dahulu sebelum bisa dipakai.

Umumnya kita sebagai user hanya bisa melakukan write tape mark  jika OS nya sudah hidup (seperti pada PC, tanpa DOS atau Windows kita tidak bisa memformat diskette), sehingga saya tidak mungkin melakukannya tanpa ada bantuan OS.

Untungnya saat itu ada senior saya, mas Hardi yang saya anggap sebagai dewanya hardware engineer. Beliau yang melihat saya kebingungan, menunjukkan kepada saya bahwa upaya "write tape mark" bisa dikerjakan langsung dari "main console" CPU dengan instruksi bahas mesin yang tidak saya pahami sama sekali. Instruksi yang berupa kombinasi angka-angka itu diterima oleh komputer (tanpa OS) dan proses write tape mark pun berhasil.

Apa yang dilakukan oleh mas Hardi (mem-bypass operating system) tentu saja tidak dipahami oleh orang awam, bahkan saya yang berkecimpung di dunia software juga terbengong-bengong. This is really beyond my knowledge. Mas Hardi bisa berkomunikasi dan menggunakan tape drive tanpa harus tergantung kepada main operating system yang selama ini kita anggap sebagai otaknya sebuah komputer.
Jadi lesson learnt yang saya peroleh, kalau kita punya ilmunya, banyak hal yang terlihat mustahil akan bisa kita lakukan.

Kalau machine language merupakan analogi dari OS nya Allah, tentulah kita sebagai ciptaan-Nya yang paling sempurna  akan mampu berkomunikasi langsung kepada-Nya tanpa melalui OS tambahan yang seringkali menjadi penghalang (sekat) kita menuju Allah. Kuncinya apa? Ya, pahamilah bahasa dan instruksi-Nya.

Terima kasih saya buat Badai atas trigger pencerahannya. Dan semoga tulisan singkat ini tidak malah membuat bingung Anda semua.

Ciputat, 3 Maret 2011.

No comments:

Post a Comment