Thursday, December 1, 2011

Mengenang alm. YANTI NAZIR: KEPERGIAN ITU BUKAN UNTUK DITANGISI



Minggu 23 Oktober siang
suap nasi pertama urung kulakukan
ketika handphone berdering
dari adikku Rini

Bukan sapa renyah yang kuterima
tapi ledakan tangis yang meruntuhkan selera makan
kalimat “ni Titi meninggal” membuatku terpana
apakah ini sebuah mimpi?

Hati ini bagaikan berontak
mencoba menafikan kenyataan itu
dengan melontarkan kalimat keras “siapa yang bilang?
padahal aku sungguh sadar, ini pasti bukan mimpi

di RSPI aku bersimpuh disampingmu
wajahmu terlihat damai
ikhlas menunaikan tugas mulia di dunia fana

Perjalanan hayatmu memang telah jauh merangkak
gejolak kehidupan telah memunculkan sebaris kerut di keningmu
namun itu tak menghilangkan sisa kecantikanmu
yang telah kau wariskan kepada putri kesayanganmu, Nisa

Aku mencoba menerawang kebelakang
kenangan indah masih terbayang nyata
ketika kecil kita berebut mainan dan makanan
sebagai anak tertua, aku sering diminta mengalah

Ku teringat di sekitar tahun 1978
aku mendampingimu sebagai duta Putri Sumbar
menyambangi tokoh-tokoh Minang di ibukota
kau terlihat begitu lugunya sementara aku justru was-was . . . . .

Waktu begitu cepatnya berlalu
ketika aku harus bertindak mewakili keluarga
melepas putri tercintamu ke jenjang pelaminan
wajahmu tampak tegang bercampur sedih dan bahagia

Di malam terakhirmu itu
kau terbaring diam diatas dipan kayu sederhana
aku bertekad mengawalmu sepanjang malam
bersama putrimu yang rebah disampingmu
sebagai ungkapan kasih sayang dan salam perpisahan

Kini aku hanya bisa tercenung
inikah akhir dari pertemuan kita?
yang diawali dengan tawa dan canda
mengapa harus diakhiri dengan linangan air mata

Ah, mengapa aku melupakan itu?
bukankah Dia telah mengingatkan dalam firman-Nya
bahwa kehidupan di dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan?

Namun aku yakin seyakin-yakinnya
kita semua kelak akan berkumpul kembali
di alam nan kekal abadi
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un

Ya Allah, ya Rabb, ampuni hambamu yang lemah ini
yang lupa untuk mengingat sabda-Mu
bahwa segala sesuatunya akan kembali kepada-Mu
terimalah arwah adik tercintaku disisi-Mu
kepergian itu bukan untuk ditangisi.

Aswil Nazir (1 Desember 2011)

No comments:

Post a Comment